- - -

Jejak-Jejak Langhkahku

Setiap manusia pasti akan terus melangkah dan membuat rekam jejaknya didunia ini
Akupun Akan Terus Membuat Rekam Jejak Itu
Berikut Rekam Jejak Langkahku

AIR TERJUN BATU LAPIS

JEJAK LANGKAHKU DI AIR TERJUN BATU LAPIS,
SEBUAH PENGALAMAN DAN CERITAKU DALAM AIR TERJUN BATU LAPIS


Jejak langkah yang aku buat ini terjadi pada hari sabtu- minggu tanggal 22 -23 februari 2014, bersama Abang kami, yaitu Abang Sugiantao, rombongan kami berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari 2(dua) perguruan tinggi yaitu STAIN Jurai Siwo Metro Univ. Lampung.

Bersama abang sugi semua hal yang sederhanapun dapat dirubah menjadi menarik, begitupun perjalan yang dimulai pada pukul 10.00 dengan menaiki bus dari 12 b tempuran lampung tengah, dan turun di depan Polinela Lampung, setelah itu kamipun meneruskan perjalanan dengan menyewa angkutan kota untuk mengantarkan sampai kepada tujuan kami yaitu kearah Batu Butu.

Tiga puluh menitpun berlalu, kini rombongan kami sudah memasuki kawasan kaki Gunung Batu Lapis dan berhenti di desa terakhir. Rombongan pun melangkah bersama-sama melewati jalan setapak yang dibuat oleh warga sampai menuju bascme, track dibatu lapis ini tidak seterjal dan sesulit pada track Gunung Betung ini karena jauh lebih mudah melewati semua rintangan yang ada.

Setiba di lokasi pemberhentian, kamipun membuka semua perlengkapan perkemahan, mengngat matahari mulai condong ke barat, menandakan sang fajar akan terbenam. Rombongan ini terbagi menjadi dua 3 kelompok, dua mencari kayu kabar, 1 mendirikan tenda, 2 mencari sumber air.
 
Langit semakin merah, lingkungan sekitarpun mulai tampak gelap dan menariknya api unggun yang dibuat tidak kunjung jadi, mengingat kayu-kayu yang dikumpulkan adalah kayu pohon coklat yang sudah tua dan basah menjadikan proses pembuatan api unggun menjadi lebih sulit dari biasanya. Dengan sedikit upaya yang lebih keras Abang Sugiyanto pun berhasil membuat api unggun dari kayu bakar yang telah kami kumpulkan, bersamaan dengan langit yang telah menjadi gelap guglita.

Setelah Api unggun terbuat, Aku dan Arif mencari sumber mata air pencarian menjadi lebih sulit dimalam hari, jalanan tanpa cahaya hanya bermodal cahaya hand Phone masing-masing membuat jarak pandang kami terbatas. Menerobos kedalam hutanpun menjadi lebih sulit dengan cahaya yang minim.

“Rif! Berhenti!” tukasku kepadanya, seraya mendengarkan dengan seksama lingkungan sekitar.
“Ada suara gemericik air fer!” teriak arif kepadaku.
“Iya! Aku juga denger rif” jawabku singkat
Kamipun mencari sumber suara tersebut, dan binggo! Kami menemukan aliran air yang mengalir di sini dan sialnya kami lupa jalan menuju tenda tempat teman-teman berada.
“Waduh Fer! Lewat jalan mana ini?” tanya arif kepadaku
“Weh, Aku ya lupa Rif!” jawabku singkat.
Setelah berjlanan didalam hutan selama lima menit, kamipun melihat cahaya yang bergerak mendekati kami.
“Siapa itu?” gumamku dalam hati dan sepertinya arif pun memiliki pertanyaan yang sama denganku. Hanya saling pandang tanpa kata-kata, bersiap terhadap apapun yang datang dan binggo! Kamipun menghela nafas panjang ternyata cahaya itu adalah Abang Sugiyanto yang menyusul kami.

“Weh lama aja kalian ini” tanya kepada kami.
Aku dan arif hanya bisa tersenyum dan kemudian kamipun tertawa bersama saat bercerita kalau kami lupa jalan menuju tenda.
Lima belas menitpun berlalu kini kami semua sudah berada di tenda bersiap untuk melakukan Sholat.
“Bang? Arah kiblatnya kemana ini?” tanya Bogel kepada Abang Sugi. “Bentar” jawabnya singkat seraya mengeluarkan sebuah kompas dan menimbang-nimbang arah kiblat yang benar.
“Oke! Madep sini kiblatnya” tukasnya kepada kami semua.
Setelah melaksanakan sholat magrib dan isya, semua berkumpul mengelilingi api unggun yang berada didepan tenda kami, kebersamaanpun segera terlihat saat satu persatu mulai memperkenal diri ulang, yang dipimpin oleh Abang Sugiyanto dan malam itu berakhir dengan kehangatan sebuah kebersamaan.

EPILOG

Malam api unggun itu bukanlah puncak acara pada perjalan kali ini, keesokan harinya setelah sholat subuh dan sarapan pagi dengan bekal yang kami bawa, perjalananpun dimulai untuk mendaki Gunung Batu Lapis ini, dengan tujuan utama adalah Air terjun batu lapis yang menjadi icon pada gunung ini.

Perjalanan itu tidak mudah, kamipun sempat tersesat dengan melewati jalur yang salah membuat kami berada di tempat antah berantah pada tengah hari. Akhirnya kami menelusuri jalan kembali dan menemukan jalan yang benar menuju air terjun Gunung Batu Lapis.

Seperti namanya Air Terjun Batu Lapis inipun berlapis-lapis, memberikan keindahan tersendiri meskipun air terjun ini tingginya tidak lebih dari 5(lima) meter akan tetapi Air Terjun ini memberikan nuansa tersendiri bagi mereka yang menatapnya. Bola mata inipun betah berlama-lama disana menikmati setiap keindahan yang tercipta pada air terjun ini. Kami bukan dari bawah air terjun, melainkan kami berada diatas Air Terjun Gunung Batu Lapis. Pemandangan di atas sini jauh lebih menarik dibandingkan dengan pemandangan dibawah air terjun.

Rombongan kami berhasil kembali mencapai tenda pada pukul 14.00 Wib, melakuka istirahat sejenak, membereskan tenda-tenda untuk dirapihkan dan dimasukan kembali kedalam tasnya. Setelah makan siang rombongan kamipun pulang dan mengakhiri perjalanan pada trip Air terjun Gunung Batu Lapis.


BERIKUT KEINDAHAN DARI BATU LAPIS




 

Share this:

ABOUTME

Blog Pembuat Jejak Langkah ini merupakan arena curahan dari penulis sebagai media yang digunakan untuk mendokumentasikan rekam jejak kehidupan, yang bisa dimanfaat untuk berbagi informasi sehingga memberi manfaat lebih bagi saya juga anda….

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar