- - -

Jejak-Jejak Langhkahku

Setiap manusia pasti akan terus melangkah dan membuat rekam jejaknya didunia ini
Akupun Akan Terus Membuat Rekam Jejak Itu
Berikut Rekam Jejak Langkahku

AIR TERJUN GUNUNG BETUNG

JEJAK LANGKAHKU DI AIR TERJUN GUNUNG BETUNG
SEBUAH PENGALAMAN DAN CERITAKU DI AIR TERJUN GUNUNG BETUNG



Jejak langkah yang aku buat kali ini terjadi pada tanggal 21 januari 2015 dengan jumlah 17 orang yang terbagi kedalam kendaraan roda dua. Pagi itu semua kumpul di kediaman teman kami yang bernama chamdini pada pukul 08.00 Wib perjalanalan kami menuju gunung betung dimulai dari pukul 09.00.

Seperti yang biasa dilakukan oleh Alm. Abang Sugianto sebelum pendakian dimulai kamipun melakukan doa bersama dengan membentuk lingkaran. Langkah pertama kami dimulai dengan senyum dan tawa dari tujuh belas orang pendaki yang terdiri dari 3 (tiga) Perguruan tinggi, yaitu DCC Metro, Univ. Muhamadiah Metro dan STAIN Jurai Siwo Metro.

Pendakian kamipun dimulai pukul 10.00 Wib dengan harapan dapat mencapai puncak pertama pada tengah hari nanti. Langkah demi langkah yang kami lalui denga penuh rasa semangat, kucuran keringat yang mengalir terkalahkan dengan canda tawa dalam perjalanan itu.

Rintangan pertama dalam rombongan ini adalah jalan bebatuan yang kami tempuh selama 40 menit perjalanan. Jalan bebatuan ini memaksa rombongan kami untuk melakukan istirahat di salah satu depan rumah warga Gunung Betung. Setelah beristirahat sekitar 10-15 menit kamipun melanjutkan perjalanan karena rintangan ini masih cukup mudah untuk ditaklukan. Rintangan ke dua adalah jalanan licin dan terjal yang menemani langkah rombongan ini untuk sampai pada bascame pertama Gunung Betung dengan waktu tempuh satu jam.

Sesampainya di basecame pertama kamipun melakukan istirahat sejenak sambil mengabadikan beberapa photo disana. Duapuluh menitpun berlalu setelah diarasa cukup mengisi tenaga di basecame perjalalananpun dilanjutkan, dan dalam perjalanan ini kami terpisah kedalam dua rombongan.

Rombongan pertama terdiri dari tujuh orang dan rombongan kedua terdiri dari sepuluh orang dan yang mencapai puncak pertama adalah rombongan pertama, berselang duapuluh menit rombongan keduapun menyusul bergabung dipuncak pertama. Dalam masa istirahat ini Aku membuat saluran air yang kami gunakan untuk berwudhudan setelah itu melakukan ibadah sholat Dzuhur meskipun saat pertama mulai, arah kiblat salah membuat tawa lepas menghiasi hutan gunung Betung ini.

Pukul 14.00 Wib kamipun melanjutkan perjalanan untuk mencapai salah satu air terjun yang ada di Gunung Betung dan aku memilih untuk berada dibelakang menjaga mereka yang tertinggal agar tidak tersesat. Lima belas menit berlalu perjalananpun perlahan mulai memasuki tahap ekstrim karena hujan telah membuat jalanan ini menjadi licin dan terjal.

“Perjalanan ini akan mulai menarik, rasa kebersamaan akan benar-benar diuji dalam track yang akan kami lewati ini, licin, terjal dan curam bergabung menjadi satu yang akan mengiri langkah kami untuk mencapai air terjun bawah” gumamku dalam hati. “Cukup! Aku berhenti saja, aku Kembali ketas!” terdengar teriakan salah satu rekan di barisan depan.

“Ada apa? Apa yang terjadi?” Tanyaku kepada mereka yang ada didepanku.
“Wahyu! Wahyu!”teriak salah satu rekan kami. Akupun dengan cepat berlari menerobos barisan melewati celah sempit nan curam untuk sampai dilokasi yang dimaksud.
“Maaf Fer. Aku tidak bisa lanjut, udah kalian aja yang turun Aku di sini aja.” Tukasnya secara perlahan dengan tubuh yang mulai gemetar. Tubuhnyanya memberikan pemahaman kepada diriku bahwa Wahyu mengalami Phobia dengan ketinggian.
“Bissmillah Yu!, coba pejamkan mata, melangkah secara perlahan, ada kami disampingmu” tukas Adi terhadap wahyu.

“Udah to! Jangan dipaksa, Aku ini takut ketinggian” jawab wahyu dengan tangan yang semakin bergetar, detak jantungnya semakin cepat membuat wajahnya menjadi pucat. Aku rasa memaksanyapun bukan jalan yang baik, karena rintangan yang ada didepan jauh lebih berbahaya dibandingkan ini.



“Gel! Kau pimpin teman-teman untuk sampai di air terjun bawah, biar Aku yang menemani Wahyu untuk kembali ketas.” Teriakku kepada bogel yang berada dibarisan paling depan. “Oke! Siip Lek!” jawabnya mantap.
“Siip!, teman-teman perjalanan dipimpin Bogel ya!” tukasku kepada mereka semua.
“Fer! nanti nyusul ya!” tukas Adi kepadaku dari bawah.
“Okeh! Insya Allah” jawabku singkat.
Akhirnya merekapun melanjukan perjalannya. Untuk dapat mencapai Air Terjun bawah, mereka harus melewati dan menaklukan rintangan yang lebih terjal dan curam dari ini. Secara perlahanpun tubuh merekan mulai menghilang dari pandanganku.

“Maaf Fer, kalo ngerepotin. Nanti susul yang laen aja.” tukas wahyu terhadapku.
“Aah, santai aja Yu, lagian aku juga udah pernah kebawah kok” jawabku mantap. Iapun mulai berdiri dan mencoba melangkah dengan berpegangan kepada tubuhku.
“Pelan-pelan aja Yu jalannya, tak pegangin ini dirimu” lanjutku kepadanya.
Wahyu hanya tersenyum, secara perlahan kamipun melangkah menuju satu-satunya rumah yang berada dipuncak untuk memberikan tempat istirahat yang nyaman buatnya.

Kau tau kawan, teman sejati itu tidak akan pernah meninggalkan meskipun dia punya seribu alasan untuk pergi tapi ia memilih untuk tetap tinggal.

“Pak!.. Pak..! Pak..!” Teriakku tiga kali dari depan rumah.
“Mungkin lagi keluar Fer” tukasnya kepadaku. Sejenak aku memperhatikan sekitar dengan seksama. Benar! di kejauhan nampak seorang kakek sedang berkatifitas. Akupun memutuskan untuk menghampirinya.
“Guk!! Guk!! Guk!!” suara anjing itu memecahkan kesunyian, dan berlari begitu cepat menuju kearahku. Dengan spontanitas aku berlari menuju kakek tersebut dengan cepat.

“Haaiiiaaa!!” teriak kakek itu memberhentikan ketiga anjing yang mengejarku tadi. Kakek itu tersenyum dan melangkah menuju gubuknya seakan tau maksud dan tujuanku. Tanpa berfikir lagi aku mengimbangi langkah kakek itu sebagai antisipai dari kejaran ketiga anjing peliharannya.

“Pesen teh hangat satu aja mbah buat teman saya” tukasku terhadap kakek dan tak lama berselang teh hangat itu dihantarkan kepadaku.
“Ini mas tehnya, Oh ya mau Beli duren?” tanya sang kakek kepada kami.
“Tehnya aja mbah” jawabku dengan sesopan mungkin.
“Yu diminum tehnya mumpung masih hangat” lanjutku kepadanya.
“Iya Fer. Yaudah kalau mau lanjut kebawah” tukasnya.
“Weh! Meninggalkanmu Yu! Maaf itu tidak bisa aku lakukan, meskipun aku punya banyak alasan untuk pergi kebawah tapi pilihanku sudah bulat untuk tetap menemanimu disni” jawabku mantap dan kamipun tertawa bersama saat aku menceritakan mengenai dikejar anjing di atas tadi saat mencarai sang kakek, menandakan bahwa phobia yang melandanya perlahan-lahan mulai menghilang.


EPILOG

Aku tidak tahu seperti apa mereka melewati rintangan terjal dan licin itu. Yang aku tau saat melihat hasil jepretan kamera itu menjelaskan bahwa kebersamaan dan rasa tolong menolong telah menghantarkan mereka untuk sampai kepada tujuan kami, yaitu Air Terjun Bawah Gunung Betung, Lampung.

Setengah jam kemudian setelah rasa phobia yang melanda Wahyu mulai hilang, kamipun menuju lokasi pertemuan yang sudah dijanjikan. Sekitar lima belas menit kami menunggu, rombongan dari bawahpun muncul dan bersatu kembali, terpancar rasa bahagia dari wajah mereka saat bertemu kami.

Kabutpun perlahan-lahan mulai menuruni gunung bersamaan dengan langkah kami menuju bascame bawah tempat dimana kami menitipkan kendaraan. Adzan magrib mengiri langkah kami saat sampai di desa terakhir tempat pemberhentian pertama kami. Sebagian memutuskan untuk mendirikan sholat magrib dan sebagian memilih untuk beristirahat. Seusai sholat magrib, kamipun meninggalkan Gunung Betung sekitar pukul 19.00 Wib, dengan formasi yang sama saat keberangkatan kami, aku memilih untuk tetap berada pada barisan paling belakang, tidak mendahului teman agar mereka yang tertinggal tidak tersesat dalam perjalan pulang menuju kota kami, yaitu Kota Metro, Lampung.

Pembuat Jejak Langkah pada perjlananku kali ini adalah Ayu, Anik Winarsih dan adik asramanya, Chamdini dan 2 saudaranya, Aslihatus, Adi DCC, Warsito, erwin, natan, Riski, Bogel Uye, Wahyu, Salsa, Heriyanto, dan yang terakhir adalah diriku, yaitu Feri Anggriawan. 


BERIKUT KEINDAHAN ALAM DAN AIR TERJUN GUNUNG BETUNG 


 






Share this:

ABOUTME

Blog Pembuat Jejak Langkah ini merupakan arena curahan dari penulis sebagai media yang digunakan untuk mendokumentasikan rekam jejak kehidupan, yang bisa dimanfaat untuk berbagi informasi sehingga memberi manfaat lebih bagi saya juga anda….

JOIN CONVERSATION

2 komentar:

  1. yaaa Allah,
    lekkk, akuu ngiri aas,ayer,cam,mba anik kalian cewek-cewek kece :D
    Jadi nyesel gk ikut :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya udah..
      besok ikut lagi aja kao ada acara

      Hapus